Panggilan Profetik bagi Gereja untuk Bangun dari Tidur Rohaninya
Mungkinkah kita telah menanggalkan Kristus dari Kekristenan? Apakah kita telah membiarkan gereja ditawan oleh budaya yang mendominasi? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan provokatif yang diajukan Michael Horton dalam buku yang penuh wawasan ini. Analisnya seharusnya membuat kita berhenti sejenak untuk mempertimbangkan keadaan terkini dari Kekristenan bahkan Kekristenan Injili di Amerika [dan juga di Indonesia].
Horton berpendapat bahwa meskipun kita menyerukan nama Kristus, seringkali Kristus dan Injil yang berpusatkan pada Kristus dipinggirkan. Hasilnya adalah pesan dan iman yang sepele, sentimental, menyetujui (mengafirmasi), dan tidak relevan. Injil alternatif ini berisi pesan moralisme, kenyamanan diri, penolong-diri, pengembangan-diri, dan agama individualistik. Injil ini meremehkan Allah, menjadikan Dia hanya sebagai sarana dari tujuan kita yang egoistis. Horton dengan mahir mendiagnosis masalahnya dan menunjukkan solusinya : kembali kepada Injil keselamatan yang murni dan tidak bercela. Buku ini wajib dibaca oleh setiap orang yang peduli terhadap keadaan dan masa depan dari Kekristenan dan gereja.
Horton mengonfrontasi evangelikalisme modern dalam bahasa yang mengingatkan kita kepada tantangan J. Gresham Machen kepada liberalisme di tahun 1920-an. Keduanya menyoroti kekurangan dan kelemahan [injil baru] yang bukan hanya mendistorsi iman Kristen, tapi bahkan telah menolaknya… Argumennya meyakinkan; moralisme terapeutik benar-benar telah menetap dengan nyaman dalam kelompok Injili. Parker T. Williamson, editor emeritus dan koresponden senior, The Presbyterian Layman
Kekristenan Tanpa Kristus mengukuhkan Michael Horton sebagai protagonis terkemuka bagi ortodoksi Protestan klasik. Contoh-contohnya yang luas dan dengan seksama ditelaah menunjukkan bagaimana gereja dan megachurch telah bermain mata dengan kebudayaan bersama bidaah Gnostik,
Reviews
There are no reviews yet.