Apakah Allah masih bertakhta atas gerejaNya?
David Wells berkeyakinan bahwa orang Kristen dan gereja-gereja Injili kontemporer semakin menyingkirkan Allah dari pusat kehidupannya. Menelusuri tren-tren perubahan dalam budaya religius pada umumnya dan kehidupan gereja Injili pada khususnya, mulai dari Zaman Modern yang begitu meninggikan manusia sampai Zaman Postmodern ini, Wells menunjukkan bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengangkat kehidupan manusia justru membuat banyak orang Kristen menyusutkan signifikansi Allah, dan bahkan gereja Injili pun hanyut bersama arus ini. Selain itu, dari hasil survei atas sekitar 3200 mahasiswa dari tujuh seminari terkemuka di Amerika, Wells memaparkan temuan tentang semakin merosotnya pengenalan yang benar akan Allah Alkitab dan semakin pudarnya peran theologi dalam kehidupan sehari-hari orang Kristen, yang mengakibatkan relativisme dan hilangnya pusat makna bagi hidup mereka dan beralihnya peran gereja menjadi terapis psikologis.
Allah di Lahan Terbengkalai menyibakkan bukti-bukti kemerosotan ini dan meratapinya, seraya menyerukan satu-satunya cara pemulihan: Kembalikan Allah yang transenden dan imanen, yang mewahyukan kebenaranNya dalam Alkitab, sebagai pusat kehidupan setiap orang percaya, pusat pengajaran, dan praktik kehidupan gereja.
“Buku yang wajib dibaca untuk memahami apa artinya menjadi seorang Kristen di tengah masyarakat kafir.” – R.C. Sproul, Ligonier Ministries
“Apakah Allah di Lahan Terbengkalai layak dibaca? Justru buku ini harus dibaca jika kaum Injili saat ini ingin tersadar dari keadaan koma yang mereka alami dan kembali menjadi kekuatan religius yang vital di dalam kehidupan bangsa Amerika.” – James Montgomery Boice, Tenth Presbyterian Church, Philadelphia
Reviews
There are no reviews yet.