Perjumpaan antara kekristenan dan budaya tidak selalu berjalan mulus. Tak jarang menimbulkan benturan dan ketegangan bagi kedua pihak. Realitas ini terjadi tatkala kekristenan berupaya hadir di tengah tradisi budaya masyarakat sebagaimana tradisi budaya masyarakat Tobelo, Halmahera. Tradisi ini merupakan contoh budaya yang diangkat penulis, di mana masyarakat Tobelo memiliki keyakinan kultural bahwa roh orang yang meninggal tetap dapat berhubungan dengan keturunan dan lingkungannya. Hal ini ternyata menimbulkan ketegangan dengan keyakinan Kristen dan gereja, khusunya GMIH. Gereja mengajarkan bahwa orang yang mati tidak lagi berhubungan dan mempegaruhi kehidupan orang yang hidup karena orang yang meninggal sudah bersama Allah. Orang Halmahera yang telah menyatakan diri mengikut Kristus tidak dibenarkan menghayati keyakinan lama (kultural) tersebut. Bagaimana pandangan penulis terhadap hal ini?
Buku ini hadir guna mengetahui bagaimana penghayatan kultural Tobelo mengenai hubungan antara orang yang hidup dan orang yang mati dalam konteks kultural Tobelo memperkaya teologi Kristen Halmahera.
Reviews
There are no reviews yet.