Tujuan buku ini ialah melengkapi pemimpin-pemimpin gereja dalam mempertanggungjawabkan pelayanan mereka kepada Tuhan dan sesama, di dalam dan melalui gereja.
Saya garis bawahi kata “mempertanggungjawabkan”, oleh karena kata ini seringkali mendapatkan penafsiran yang berbeda-beda. Ada pemimpin gereja yang sudah merasa cukup bertanggung jawab dengan melaksanakan dan memimpin secara langsung seluruh tugas rohani di gerejanya, seperti khotbah, memimpin P.A, persekutuan doa, dsb. Tetapi ada lain pula pemimpin gereja yang berpendapat bahwa tanggung jawabnya yang utama sebagai pemimpin sebenarnya terletak dalam pengaturan strategi kehidupan pelayanan gereja itu. Oleh sebab itu ia tidak perlu secara langsung terlibat dengan setiap pelayanan rutin yang ada dalam gerejanya. Ia adalah, pemikir, organisator, dan otak dari seluruh kehidupan dan pelayanan gerejanya.
Dan di tengah segala macam penafsiran tentang pertanggungjawaban pemimpin gereja inilah muncul istilah “Administrasi Gereja”. Istilah yang sejak lahirnya sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi diformulasikan. Terutama karena konteksnya salah dan pendekatannya pun menurut pengamatan saya tidak tepat.>br>
Administrasi gereja dianaktirikan di satu gereja, dimanjakan di gereja lain, tapi yang lebih parah di hampir semua gereja administrasi gereja sudah dikebirikan… dipakai cuma namanya saja.
Apakah sebenarnya administrasi gereja? Pertanyaan ini mungkin terlalu pagi untuk dijawab. Tetapi dalam konteks pendahuluan ini paling tidak saudara-saudara pembaca harus mengerti terlebih dahulu bahwa pada hakikatnya administrasi gereja adalah pertanggungjawaban pemimpin-pemimpin gereja dalam menyediakan wadah yang tepat, di manja inkarnasi firman itu menjadi kenyataan. Di mana gereja betul-betul menjadi tubuh Kristus, kehadiran Kristus yang hidup dan konkrit.
Reviews
There are no reviews yet.